“ Dua perkara yang sesiapa dapat perolehinya akan ditulis dirinya sebagai hamba yang bersyukur dan sabar, sesiapa yang gagal dalamnya, tidak akan ditulis sebagai orang bersyukur dan sabar. Iaitu sesiapa yang melihat tentang agamanya kepada mereka yang jauh lebih baik darinya, lalu ia berusaha mengikutinya, dan dalam hal keduniaan mereka melihat kepada orang-orang yang kurang darinya sehingga ia memuji Allah atas nikmat yang diperolehinya ..” ( Riwayat At-Tirmidzi)

Followers

Follower yang ke -100 Syed Azaharul

Saturday, March 3, 2012

Ceriakan diri.

Thursday, February 9, 2012

Nabi Muhammad SAW penutup sekalian Nabi dan Rasul.


سمــــــــــم الله الرحمن الرحيم

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 40)

Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat

وَلَكِنْ رَسُولَ اللهِ

“Tetapi dia adalah Rasulullah.”

Jumhur ahli qira`ah membaca لَكِنْ dengan takhfif tanpa tasydid, dan me-nashab-kan رَسُولَ sebagai khabar كَانَ yang di-taqdir-kan. Atau di-’athaf-kan kepada أَبَا أَحَدٍ. Sedangkan Abu ‘Amr dalam sebuah riwayat membaca dengan tasydid لَكِنَّ dan me-nashab-kan رَسُولَ sebagai isim-nya, sedangkan khabar-nya terhapus (mahdzuf). (Tafsir Fathul Qadir, Asy-Syaukani rahimahullahu).

وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Dan penutup nabi-nabi.”

Ada dua bacaan dalam membaca lafadz ini:

Pertama: خَاتِمَ dengan huruf ta` yang di-kasrah, dan ini bacaan mayoritas qurra`. Menurut bacaan ini, maknanya adalah penutup para nabi.

Kedua: خَاتَمَ dengan huruf ta` yang di-fathah, dan ini qira`ah yang dinukilkan dari Al-Hasan rahimahullahu dan qira`ah ‘Ashim rahimahullahu. Menurut bacaan ini, maknanya adalah akhir para nabi. (Lihat Tafsir Ath-Thabari)

Penjelasan Makna Ayat

Ath-Thabari rahimahullahu mengatakan tatkala menjelaskan makna ayat ini: “Wahai manusia, Muhammad bukanlah bapak Zaid bin Haritsah. Bukan pula bapak dari salah seorang di antara kalian, yang tidak dilahirkan oleh Muhammad, sehingga diharamkan atasnya untuk menikahi istri Zaid setelah berpisah dengannya. Namun beliau adalah Rasul Allah dan penutup para nabi, yang menutup pintu kenabian dan mengakhirinya, sehingga tidak lagi terbuka bagi siapapun setelahnya hingga hari kiamat. Dan Allah Maha Mengetahui segala amalan dan ucapan kalian serta yang lainnya. Allah Maha berilmu, tidak ada yang tersamarkan atasnya sesuatu apapun.” (Tafsir Ath-Thabari)

Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah Penutup Para Nabi

Ibnu Katsir rahimahullahu: “Ayat ini merupakan nash bahwa tidak ada Nabi setelah beliau. Jika tidak ada nabi setelah beliau, maka lebih utama dan lebih patut untuk tidak ada rasul setelahnya. Sebab kedudukan rasul lebih khusus dari kedudukan nabi, sebab setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya. Tentang hal ini telah datang hadits-hadits yang mutawatir dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sekelompok sahabat g.“ (Tafsir Ibnu Katsir)

Di antara hadits yang menjelaskan bahwa beliau adalah penutup para nabi dan rasul adalah:

1. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ كَمَثَلِ قَصْرٍ أُحْسِنَ بُنْيَانُهُ وَتُرِكَ مِنْهُ مَوْضِعُ لَبِنَةٍ فَطَافَ بِهِ نُظَّارٌ فَتَعَجَّبُوا مِنْ حُسْنِ بُنْيَانِهِ إِِلَّا مَوْضِعَ تِلْكَ اللَّبِنَةِ لاَ يَعِيبُونَ غَيْرَهَا فَكُنْتُ أَنَا مَوْضِعَ تِلْكَ اللَّبِنَةِ خُتِمَ بِيَ الرُّسُلُ

“Permisalanku dan permisalan para nabi adalah seperti sebuah istana yang bangunannya indah dan ditinggalkan satu tempat batu bata. Maka orang-orang pun berkeliling melihatnya, lalu mereka kagum terhadap keindahan bangunannya kecuali tempat batu bata tersebut. Mereka tidak mencela selain itu. Maka aku adalah tempat batu bata tersebut, telah ditutup para rasul dengan diutusnya aku.” (HR. Ibnu Hibban no. 6406 dengan sanad yang shahih. Juga diriwayatkan dari hadits Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, diriwayatkan oleh Ahmad, 5/136, At-Tirmidzi: 3613, Adh-Dhiya` Al-Maqdisi dalam Al-Mukhtarah: 1191)

2. Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدِ انْقَطَعَتْ فَلَا رَسُولَ بَعْدِي وَلَا نَبِيَّ

“Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada Rasul setelahku dan tidak pula nabi.” (HR. At-Tirmidzi no. 2272, Ahmad, 3/267, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak. Dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi)

3. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فُضِّلْتُ عَلىَ الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ؛ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ، وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا، وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً، وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ

“Aku lebih diutamakan atas para nabi dengan enam perkara: (1) aku diberi jawami’ul kalim (kalimat ringkas namun mengandung faedah yang banyak), (2) aku ditolong dengan rasa takut musuh (dari jarak perjalanan sebulan), (3) dihalalkan bagiku harta rampasan perang, (4) dijadikan bumi ini bagiku sebagai alat bersuci dan tempat shalat, (5) aku diutus kepada seluruh makhluk, (6) dan telah ditutup para nabi dengan diutusnya aku.” (HR. Muslim no. 523)

4. Juga berdasarkan hadits Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يُمْحَى بِيَ الْكُفْرُ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى عَقِبِي وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ

“Aku adalah Muhammad, dan aku adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahi (yang menghapus) yang kekafiran dihapuskan melalui (perantaraan) aku, aku adalah Al-Hasyir yang mana manusia dikumpulkan (setelah tegaknya hari kiamat) setelah diutusnya aku, dan aku adalah al-‘aqib (penutup) yang tidak ada nabi setelahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 3339 dan Muslim no. 2354)

Nash-nash ini menunjukkan bahwa siapa saja yang mengaku sebagai nabi setelah diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dipastikan bahwa dia adalah seorang pendusta dan dajjal yang menyesatkan umat ini. Walaupun dia berusaha menipu umat dengan mendatangkan keluarbiasaan, seperti terbang di udara atau berjalan di atas air. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللهِ

“Tidak tegak hari kiamat hingga dimunculkan para dajjal dan pendusta yang berjumlah kurang lebih tiga puluh yang seluruhnya mengaku bahwa dia adalah utusan Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 3413, Muslim no. 2923)

Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullahu berkata: “Setiap pengakuan kenabian setelah beliau adalah penyimpangan dan mengikuti hawa nafsu.”



Definisi Nabi Terakhir mengandung unsur-unsur yang harus diimani, yaitu:

1. (ناَسِخُ الرِّسَالَةِ) Menghapus Risalah sebelumnya

Risalah sebelumnya adalah semua kitab dan hukum yang pernah diturunkan oleh Allah swt. kepada para nabi dan dikabarkan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an maupun di dalam As-Sunnah yang shahih, yaitu Shuhuf (lembaran) yang diturunkan kepada Ibrahim a.s. [lihat QS. Al-A’laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-42], Shuhuf yang diturunkan kepada Musa a.s. [lihat QS. Al-A’laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-42], Taurat yang diturunkan kepada Musa a.s. (lihat QS. Al-Baqarah (2): 53, Ali Imran (3): 3, Al-Maidah (5): 44, dan Al-An’am (6): 91], Zabur yang diturunkan kepada Daud a.s. [lihat QS. An-Nisa’ (4): 164, Al-Kahfi (18): 55, dan Al-Anbiya’ (21): 105], dan Injil yang diturunkan kepada Isa a.s. [lihat QS. Ali Imran (3): 3 dan Al-Mai’dah (5): 46].

Semua kitab-kitab tersebut hukumnya telah di-nasakh (dihapuskan) oleh Al-Qur’an, kecuali beberapa hukum dan kisah. Dan semua yang belum di-nasakh tersebut disebutkan secara jelas dalam Al-Qur’an ataupun Al-Hadits

2. (مُصَدِّقُ اْلأَنْبِيَاءِ) Membenarkan Para Nabi Sebelumnya

“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” [QS. Al-Baqarah (2): 101]

Membenarkan para nabi sebelumnya, maksudnya bahwa Islam melalui kitabnya, yaitu Al-Qur’an, membenarkan keberadaan para nabi yang ada sebelum Nabi Muhammad saw. dan meyakini bahwa Allah swt. menurunkan kitab-kitab kepada para nabi tersebut. Kita pun membenarkan seluruh berita yang ada dalam semua Kitab-kitab tersebut adalah dari Allah swt., selain yang telah diselewengkan dan diubah oleh para ahli kitab; serta mengerjakan semua hukumnya kalau ada yang belum di-nasakh (dihapuskan) oleh Al-Qur’an.

Katakanlah: “Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [QS. Al-Baqarah (2): 97]

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” [QS. Al-Maidah (5): 48]

3. (مُكَمِّلُ الرِّسَالَةِ) Penyempurna Risalah Sebelumnya

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” [QS. Al-Maidah (5): 3]

Bahwa Islam adalah agama terakhir, maka nabinya pun adalah nabi penutup, sehingga kitabnya, yaitu Al-Qur’an ini, diturunkan oleh Allah swt. untuk menyempurnakan semua risalah sebelumnya. Oleh karena semua risalah sebelum Nabi Muhammad saw. tersebut telah mengalami perubahan dan penyimpangan dari masa ke masa yang dilakukan oleh generasi setelahnya. Berbagai penyimpangan itu diantaranya: mengubah arti dari lafazh (kata-kata) yang ada [lihat QS. Ali Imran (3): 75, 181, 182; An-Nisa’ (4): 160-161; Al-Maidah (5): 64], mengubah atau menambah baik kata, kisah, maupun hukum [lihat QS. Al-Baqarah (2): 79, Ali Imran (3): 79-80; Al-Maidah(5):116-117], menyembunyikan dan menghilangkan berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan kebenaran lainnya [lihat QS. Al-Baqarah (2): 89-90, 109, 146; Ali Imran (3): 71-72; Ash-Shaff (61): 6].

4. (كاَفَّةٌ لِلنَّاسِ) Berlaku untuk Semua Manusia

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” [QS. Saba’ (34): 28]

Perbedaan syariat Nabi Muhammad saw. dibandingkan para nabi sebelumnya adalah bahwa syariat beliau berlaku untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman. Hal ini berbeda dengan syariat para nabi yang lainnya yang hanya terbatas untuk umatnya saja.

Hal ini mengandung dua pelajaran bagi kita, yaitu: Pertama, mengetahui hikmah Allah swt. dalam penetapan hukum bagi setiap umat, sehingga Allah swt. selalu menetapkan hukum yang sesuai bagi setiap umat. Kedua, oleh sebab itu hal ini meyakinkan kita bahwa Islam merupakan syari’at yang paling sempurna, paling lengkap, dan paling baik karena merupakan penutup dan penyempurna dari risalah semua nabi dan rasul.

5. (رَحْمَةٌ لِلْعاَلمَِيْنَ) Menjadi Rahmat bagi Seluruh Alam

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiya’ (21): 107]

Hal lain yang juga memperkuat kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. adalah dampak dari dakwahnya. Dakwahnya yang telah dapat mengubah sebuah peradaban yang terbelakang, buta aksara, dan kejam, menjadi memimpin dan menguasai peradaban dunia serta mengisinya dengan gabungan antara ketinggian ilmu pengetahuan dan akhlak yang belum dapat ditandingi oleh peradaban modern saat ini sekalipun. Di antara hasil karya besar Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat bagi alam semesta ini adalah sebagai berikut.

1. Memusnahkan segala jenis syirik, baik yang besar (menyembah berhala, sihir, ramal, dan sebagainya) maupun kecil (sumpah bukan dengan nama Allah, riya’, dan sebagainya); dan menggantinya dengan keimanan yang total kepada Allah swt.

2. Memusnahkan segala adat tradisi jahiliyyah yang menyimpang, seperti membuka aurat, ber-khalwat dengan lawan jenis, campur baur lelaki dan wanita (ikhtilath), dan sebagainya; dan menggantinya dengan akhlak yang mulia dan tuntunan moral yang luhur.

3. Menegakkan sebuah sistem kehidupan yang seluruhnya berdiri di atas tauhid, baik ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, seni, olahraga, dan lain-lain.

4. Melakukan sebuah revolusi total terhadap hati sanubari, pemikiran, dan peraturan hidup umat manusia.

5. Mempersatukan semua ras, semua suku, semua golongan manusia di bawah sebuah sistem yang berlandaskan tauhid, berhukumkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dan bertujuankan kebaikan dunia dan akhirat

Ketika kita beriman kepada Nabi Muhammad saw., maka kita akan mengetahui bahwa risalah beliau adalah risalah yang paling lengkap dan paling sempurna yang pernah diturunkan oleh Sang Pencipta kepada hamba-Nya. Akidah semua nabi adalah satu, yakni tauhid, tetapi syariah mereka berbeda-beda. Karena Nabi Muhammad saw. adalah nabi penutup, maka risalahnya adalah risalah yang terakhir dan syariatnya akan berlaku hingga akhir zaman. Tiada agama yang diridhai di sisi Allah swt. kecuali Islam, dan tidak ada nabi yang membawa syariat lain setelah Nabi Muhammad saw.

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا.

“Dan Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara kalian, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Nabi yang terakhir; dan adalah Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.” [QS. Al-Ahzab (33): 40]

nukilan dari blog : suryadhie.wordpress.com

Wednesday, November 17, 2010

Konsep Penentuan Awal Bulan Islam Dan Hari Kebesaran Islam Di Malaysia

Oleh : Bahagian Falak Syar'ie, Jabatan Mufti Negeri Selangor

1. PENDAHULUAN

Penentuan awal bulan Hijriah yang digunakan oleh umat Islam khasnya dalam menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah adalah berdasarkan kepada pergerakan bulan dan bumi mengelilingi matahari.

Ia menjadi asas perhitungan awal bulan dan tahun yang mempunyai hubungkait yang rapat dengan ibadah puasa, hari raya dan hari raya korban.

Berdasarkan pedoman yang terdapat di dalam Al-Quran dan Hadis dan juga pendapat ulama daripada kitab-kitab muktabar, lahir tiga amalan yang berbeza dalam menentukan awal bulan ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah dengan kaedah berikut:-

a) Rukyah ( melihat anak bulan ) semata-mata.

b) Hisab Falak semata-mata.

c) Rukyah dan Hisab dengan menggunakan criteria imkanur-rukyah iaitu menggunakan hisab dalam menentukan kebolehnampakan anak bulan ( Hilal ).

Wujudnya perbezaan amalan dan cara di atas, adalah daripada perbezaan dalam memahami dan mentafsir maksud ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang berkaitan.Malaysia adalah sebuah negara yang mengamalkan cara penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah dengan rukyah dan hisab berdasarkan kepada kriteria imkanur rukyah.

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai cara penentuan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijjah yang di amalkan di Malaysia dan asas-asas yang digunakan dalam melaksanakan kaedah tersebut.

2. DALIL-DALIL SYARAK MENGENAI PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN ZULHIJJAH.

Nas Al-Quran dan Hadis banyak menerangkan panduan menentukan awal bulan atau waktu-waktu terutama dalam melaksanakan ibadat.

a) Firman Allah SW.T Surah Al-Baqarah ayat 189:

Maksudnya:

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.Katakanlah bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi ibadah haji......."

Hadis Rasulullah S.A.W. diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Bukhari:

Maksudnya:

"Berpuasalah kamu kerana melihat Hilal dan berbukalah kamu kerana kamu melihat Hilal.Bila Hilal tertutup atasmu, maka sempurnakanlah bilangan bulan Syaaban tiga puluh".

Pendapat Ulama' Daripada Kitab-kitab Muktabar.

Daripada Kitab Bidayatul Mujtahid dari Juzuk pertama
( muka surat 242-243 ).

Maksudnya:

"Bila Hilal ditutupi awan, maka ia kembali kepada Hisab yang berdasarkan bulan dan matahari, itulah mazhabnya Muttarraf Bin Suhair, beliau termasuk ulama' besar tabi'in dan Ibnu Suraj bercerita daripada Imam Syafie bahawa Imam Syafie berkata; orang yang mazhabnya itu mengambil pedoman dengan bintang-bintang dan kedudukan bulan kemudian jelas baginya menurut dalil tersebut, bahawa bulan telah boleh dilihat tetapi tertutup oleh awan, maka orang tersebut boleh melaksanakan puasa dan cukuplah baginya".

Berdasarkan dalil-dalil Al-quran, Hadis dan pendapat ulama' serta kajian astronomi moden, penyelesaian jalan tengah dengan cara rukyah dan hisab adalah menjadi pilihan untuk diamalkan di Malaysia kerana ia lebih hampir kepada kehendak syarak.

3. FAKTOR PERSELISIHAN

3.1) Punca-punca perselisihan berlaku dari segelintir rakyat Malaysia yang dikenali dengan kumpulan Islah.Golongan tersebut tidak menerima pengisytiharan rasmi Hari Raya Korban Kerajaan Malaysia yang telah diisytiharkan oleh Penyimpan Mohor Besar Raja-Raja Malaysia pada tahun 2000 dan 2001 Miladiah yang lalu.Golongan tersebut menyambut Hari Raya Korban berdasarkan pengisytiharan Wukuf di Padang Arafah oleh Kerajaan Arab Saudi.

3.2) Perselisihanjuga berlaku kerana terdapat kekeliruan pendapat pada 9 Zulhijjah (Hari Wukuf), sunat berpuasa pada hari tersebut dan ganjaran pahalanya sama dengan setahun beribadah. Kebanyakan rakyat malaysia terkeliru dan tidak mengetahui kaedah dan syarat-syarat penetapan awal bulan Zulhijjah yang digunakan oleh Kerajaan Arab Saudi.



4. RASIONAL DARI SUDUT MATLAK ( TEMPAT TERBIT ) DI MALAYSIA.

4.1) Kerajaan Arab Saudi menggunakan matlak dengan kaedah rukyah semata-mata, terbuka kepada semua rakyatnya.Sesiapa yang melihat Hilal Zulhijjah boleh melaporkan kepada pihak yang bertanggungjawab atau berkuasa dengan saksi.

Kerajaan Malaysia menetapkan awal bulan Zulhijjah dengan menggunakan kaedah rukyah dan hisab berdasarkan kriteria imkanur rukyah dengan mengambil kira matlak negara-negara MABIMS.Pada 29 Zulkaedah semua tempat cerapan rasmi sebanyak 26 tempat di seluruh Malaysia akan dicerap oleh Ahli Jawatankuasa Melihat Anak Bulan dengan menggunakan peralatan moden seperti teleskop digital dan teodolit.

4.2) Terdapat perbezaan matlak yang jauh diantara Malaysia dan Arab Saudi. Perbezaan waktu antara kedua-dua negara ialah lima jam. Oleh itu ketika Hilal dilihat di Arab Saudi, kedudukan hilal tersebut berada pada kedudukan 1.25° lebih tinggi di Matla' Malaysia.

4.3) Bagi rakyat negara Malaysia yang bermazhab Syafie, mereka perlu memahami bahawa setiap negara di dunia ini mempunyai matla' atau kawasan lingkungannya sendiri. Oleh itu Malaysia tidak harus mengikut keputusan cerapan hilal yang dilaksanakan oleh Arab Saudi.



5. HUKUM PUASA DAN MAKLUMAT YANG BERKAITAN

Umumnya, masyarakt Islam mengetahui adanya puasa sunat pada hari Arafah. Puasa ini sunat dilakukan oleh mereka yang tidak mengerjakan haji. Pelakunya dijanjikan dengan ganjaran yang besar sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W.

Daripada Abi Qatadah yang berbunyi :-

Maksudnya:

Daripada Abi Qatadah bahawa Nabi S.A.W. ditanya mengenai puasa pada hari Arafah. Banginda menjawab : Ia menghapuskan dosa yang dikerjakan pada tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.

(Riwayat Muslim)

Sekiranya diteliti, hadis di atas dan dalil yang lain menerangkan kelebihan mereka yang berpuasa pada hari Arafah. Namun demikian, kita perlu mengetahui pada waktu bilakah umat Islam di Malaysia dan Arab Saudi dan juga perbezaan matla'. Kita perlu memilih sama ada berpuasa pada hari Arafah sebenar di Arab Saudi atau mengikut takwin sebenar kita di Malaysia. Hukum berpuasa pada salah satu hari tersebut tetap sah.

Faktor kedudukan geografi dan kesesuaian negara Malaysia menentukan setiap awal bulan Islam dengan menggunakan kaedah rukyah dan hisab berdasarkan kreteria Imkanur rukyah adalah satu perkara yang perlu diambil perhatian. Konsep penentukan awal bulan Islam adalah berdasarkan kaedah jangkaan kenampakan anak bulan atau Imkanur rukyah yang mengikut syarat berikut :-

Ketika matahari terbenam.

a) Ketinggian (altitud) bulan tidak kurang daripada 2°

Dan

b) Jarak lengkok matahari tidak kurang 3°

Atau

c) Ketika matahari terbenam umur bulan tidak kurang daripada 8 jam.

6. ASAS PERTIMBANGAN KEPUTUSAN PERLU DI KEKALKAN.

6.1) Kaedah penetapan Hari Raya Korban mengikut kaedah Hisab dan Rukyah berdasarkan imkanurrukyah sama seperti penetapan awal bulan Ramadhan dan Syawal adalah lebih sesuai untuk diamalkan di Malaysia.

6.2) Bedasarkan keputusan Majlis Raja-Raja Malaysia dan persetujuan Mufti seluruh negeri-negeri di Malaysia bagi penetapan awal Zulhijjah seperti penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal dengan melihat anak bulan di tempat rasmi seluruh Malaysia.

6.3) Perbezaan zon masa di antara Malaysia dan Arab Saudi adalah jauh selama (5) lima jam berdasarkan GMT Malaysia (8) lapan jam manakala Arab Saudi (3) tiga jam.

7. PENUTUP

Amalan Umat Islam di Malaysia menetapkan awal Zulhijjah dikekalkan dengan rukyah dan Hisab berdasarkan kriteria imkanur rukyah adalah bertujuan untuk di selaraskan dengan keputusan negara jiran tetangga iaitu Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).

Keputusan ini perlu dikelalkan untuk tujuan keharmonian bagi sesebuah negara dan tidak perlu mengikut pengisytiharan wukuf Arafah oleh kerajaan Arab Saudi. Hukum ibadah puasa yang dilakukan tiada terjejas dan ia melibatkan perkara sunat yang perlu kepada pemahaman terhadap ibadat tersebut. Semoga dengan risalah kecil ini akan memberi pendedahan kepada masyarakat agar tidak timbul kekeliruan tentang amalan yang digunakan di Malaysia pada masa sekarang dan yang akan datang. Wallahua'lam.

Disediakan oleh:
Bahagian Falak Syarie,
Jabatan Mufti Negeri Selangor.

HUKUM BERKAITAN AIDIL ADHA

Solat Sunat Aidil Adha:

Menunaikan solat sunat Aidil Adha adalah sunat muakkad berdasarkan perbuatan nabi Muhammad SAW danFirman Allah S.W.T yang berbunyi :

فصل لربك وانحر

Maksudnya:"Maka laksanakanlah solat kerana tuhanmu dan berkorbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri dengan Allah)".

Disyariatkan kepada kita untuk menunaikan solat sunat AidilAdha secara berjamaah ataupun berseorangan samaada yang bermukim mahupun yang bermusafir, merdeka atau pun hamba, lelaki ataupun perempuan ataupun khunsa. Tetapi solat Aidil Adha secara berjamaah itu lebih afdhal daripada solat bersendirian melainkan keatas orang yang melakukan ibadah haji.

WAKTU
Waktu menunaikan solat sunat Aidil Adha adalah diantara matahari terbit sehinggalah tergelincirnya matahari. Lebih afdal sekiranya solat sunat Aidil Adha tersebut dilaksanakan dengan segera selepas terbitnya matahari untuk memanjangkan waktu sembelihan korban.

CARA-CARA PELAKSANAAN :

Rakaat pertama :
1) Dimulai dengan takbiratul ihram, membaca doa iftitah kemudian takbir selepasnya sebanyak 7 kali takbir yang diselangi dengan bacaan “Subhanallahwalhamdulillahwalailahaillallahwallahuakbar".

2) Disunatkan juga untuk membaca surah“ق”ataupun surah “الأعلى”selepas bacaan surah الفاتحة pada rakaat pertama tersebut.

Rakaat kedua :
1) Selepas takbir intiqalat pada rakaat yang kedua, hendaklah disusuli dengan takbir sebanyak 5 kali dan baca antara takbir adalah sama seperti pada rakaat pertama.
2) Disunatkan membaca surah“ اقترب ”ataupun“الغاشية ”selepas bacaan surah الفاتحة .
Disunatkan keatas kita melakukan 2 khutbah selepas solat Aidil Adha yang membahaskan mengenai hokum korban (Udhiyyah).

Sunat-Sunat Aidil Adha:
1) Menghidupkan malam hari raya dengan zikir, doa, solat, bacaan Quran dan sebagainya berdasarkan Hadith nabi Muhammad S.A.W yang berbunyi :

من أحيا ليلة العبد, أحيا الله قلبه يوم تموت القلوب

Maksudnya: “Barangsiapa yang mengidupkanmalamhariraya, Allah S.W.T akan menghidupkan hatinya pada hari matinya hati orang yang lain”.
Menghidupkan malam hari raya juga terhasil dengan melaksanakan solat Isya’ dan solat subuh secara berjamaah.
2) Disunatkan mandi malam raya bermula sepertiga malam.
3) Memakai baju yang paling cantik walaupun bukan bewarna putih.
4) Memakai wangi-wangian.
5) Keluar dari rumah untuk menuju ke masjid menggunakan jalan yang lebih jauh daripada jalan pulang ke rumah ( kerana pahala untuk pergi menunaikan ibadah lebih banyak berbanding pulang dari melakukan ibadah).
6) Tidak makan sesuatu sebelum menunaikan solat sunat Aidil Adha.
7) Sunat melaungkan takbir bermula waktu subuh hari Arafah sehingga terbenamnya matahari pada hari tasyrik yang terakhir (13 Zulhijjah).
Takbir Hari Raya Haji Terbahagi Kepada Dua :
1) مرسل :
Takbir ini hanya dilakukan selain daripada selepas solat, samaada di rumah ataupun dipasar ataupun dijalanraya ataupun dimana-mana sahaja. Ia bermula daripada terbenamnya matahari 9 Zulhijjah sehingga takbiratulihram solat sunat Aidil Adha.Takbir ini boleh dilakukan dalam apa pun keadaan samaada berdiri, duduk, berbaring, ataupun berjalan.

2) المقيد :
Takbir ini hanya dilakukan selepas selesai menunaikan solat iaitu sebelum melakukan wirid dan zikir yang lain. Ia hanya dikhususkan kepada hari raya adha. Takbir ini dilakukan selepas solat fardhu atau pun solat sunat atau pun qada ataupun solat jenazah. Bermula daripada waktu subuh hari Arafah sehingga hari tasyrik terakhir (13 Zulhijjah). Tetapi bagi orang yang melaksanakan ibadah haji ,waktu takbir mereka bermula selepas zohor hari raya yang pertama (10 Zulhijjah).


Disunatkan bagi lelaki melaungkan takbir dengan kuat untuk mezahirkan syiar hari raya. Adapun selain daripada lelaki (perempuan ) tidak boleh menguatkan lafaz takbir melainkan lafaz tersebut disisi mahram mereka kerana diqiaskan kepada masalah suara perempuan didalam solat.

Lafaz takbir yang disunatkan adalah seperti berikut:
الله أكبرالله أكبر الله أكبر
لا إله إلا الله والله أكبر, ألله أكبر ولله الحمد
Dan ditambah lafaz yang lain oleh Imam Syafie dalam kitab"الأم " berdasarkan kepada perbuatan Nabi yang pernah menyebut lafaz ini di Mina:



ألله أكبر كبيرا ً, والحمد لله كثيرا ً, وسبحان الله بكرة وأصيلا ً
لا إله إلا الله, ولا نعبد إلا إياه, مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
لا إله إلا الله وحده, صدق وعده, ونصر عبده,وأعز جنده وهزم اللأحزاب وحده
لا إله إلا الله, والله أكبر
Rujukan:
الجواهر النقية-
الإقناع-
حاشية البيجوري-
مواهب الديان شرح فتح الرحمان-
حاشية الشرقاوي-
شرح الياقوت النفيس-

Disediakan oleh :
MOHAMAD SARKAWI BIN MOHAMAD SALLEH
Felo MANHAL PMRAM

http://pmram-manhal.blogspot.com/2010/11/hukum-berkaitan-aidil-adha.html

Tuesday, November 2, 2010

Kekang nafsu 'gelap'

Oleh : Ust.Zaharuddin Abd Rahman

BAGAIMANA cara menghentikan ketagihan terhadap nafsu dalam diri termasuk nafsu amarah, seks serta yang membawa kepada kemungkaran buat selama-selamanya dan bagaimana pula untuk dapatkan taubat sebenar-benarnya.

Sifat nafsu amarah memang sentiasa mengajak kepada dosa, di mana kegagalan mengawal nafsu syahwat bagi majoriti manusia adalah satu lumrah.

Bagaimanapun, dalam kehidupan ada segelintir yang mampu mengekang nafsu mereka hasil ‘mujahadah’ atau usaha kuat untuk menghindari, sekali gus menghentikannya. Namun, ada kalanya mereka yang mampu mengawal juga tertewas.

Allah SWT menyebut perihal kegagalan manusia dalam mengekang nafsu, sebagai contoh dalam surah Al-Baqarah, ayat 187 yang bermaksud: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahawasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, kerana itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.”

Melalui ayat ini, sebahagian umat Islam gagal mengikat nafsu syahwat kelaminnya hingga ‘bersama’ isterinya di siang Ramadan.

Dengan segala kelemahan manusia, Allah SWT membenarkan suami isteri untuk bersama di malam hari Ramadan, namun masih ada juga yang ‘terlepas’ melakukannya di siang hari, oleh itu Islam menetapkan cara dendanya.

Kifarah adalah satu bentuk denda dan apabila seseorang melakukan dosa, taubat adalah jalannya.

Allah SWT menegaskan bahawasanya: “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi Rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf, 53)

Persoalan yang timbul ialah, bagaimana mengekang nafsu yang ada dalam diri.
Ringkasnya, saya ingin mengingatkan individu yang menulis soalan ini bahawa mengekang dan melawan kehendak nafsu syahwat sememangnya bukan mudah.

Itulah sifat ‘peperiksaan’ yang diberi oleh Allah SWT bagi ‘menapis’ dan mengenal pasti hamba-Nya yang bersungguh-sungguh, ikhlas dan beriman serta yang kurang dan tidak beriman. Bagi yang berjaya, ganjarannya sudah tentu sangat hebat, yakni di Syurga Allah SWT.

Justeru, kita tidak perlu mengeluh dan hairan dengan ketagihan nafsu, kedegilannya, kesukaran menanganinya dan mengawalnya.

Sebaliknya, yang perlu dilakukan adalah mengukuhkan azam untuk berubah. Ia sukar untuk diajar melalui tulisan, tetapi kesedaran dan keinginan inilah yang perlu untuk bertindak.

Caranya, kenali sumber serta punca yang mampu membiakkan ‘kekuatan’ terhadap nafsu itu, dan sebaik dikenal pasti, potong dan hapuskan ia.

Selain itu, kita perlu tahu cara, suasana, tempat dan berdamping dengan individu yang dapat menarik diri kita kepada kebaikan dan lupakan syahwat.

Kesimpulannya, proses ini memang memerlukan ‘pantang larang’ yang merujuk kepada perkara yang tidak boleh dibuat dan ‘kemestian’ yang merujuk kepada perkara yang perlu dibuat.

Ia proses ‘Sunnatullah’ untuk segala jenis penyembuhan, sama ada hati dan iman berbentuk spiritual dan juga tubuh fizikal.

Ini sama seperti menangani penyakit kencing manis daripada sudut konsepnya, di mana mereka perlu menghadapi cabaran mengawal nafsu makan yang tinggi dan terhalang daripada menikmati juadah lazat.

Jadi jelas di sini, pantang larang ini perlu dilakukan secara terpaksa itulah satu mujahadah (usaha).

Oleh itu, cuba fikirkan, bagaimana pantang larang ini akhirnya mampu dipupuk serta diikuti dan itulah satu jalan permulaan untuk mengawal nafsu dalam diri.

Ini sama bagi mengekang nafsu syahwat seks ‘gelap’, di mana setiap umat Islam perlu meyakini bahawa setiap perbuatan itu kelak pasti diazab oleh Allah SWT dengan mengingatkan bahawa adanya azab neraka, azab kubur, mati dalam kehinaan (suul khatimah) atau dalam kemaksiatan, tidak memperoleh Rahmat Allah atau tiada peruntukan syafaat daripada Rasulullah SAW.

Memang benar, implikasi buruk ini semuanya berupa hal ghaib, namun bukan itu saja, ada banyak pula implikasi buruk di dunia yang mesti disenaraikan di dalam minda dan hati seperti, ia mungkin membawa kepada perceraian, pasangan zina mengandung anak luar nikah yang akhirnya boleh membawa kepada pembunuhan terhadap anak luar nikah berkenaan bagi menutup aib, kejian masyarakat atau dijangkiti penyakit kelamin seperti AIDS.

Disebabkan itu, tanam semua implikasi berbentuk spiritual itu dalam minda dengan harapan ‘nyalaan’ nafsu itu tadi dapat ditangani.

Sehubungan itu, tentu proses pertama untuk mengekang nafsu syahwat seks ‘gelap’ adalah dengan meningkatkan ilmu dan keyakinan terhadap kedua-dua ilmu, ghaib dan fizikal, iaitu kesan buruknya.

Insya-Allah, ia akan mampu menjadi pendinding awal sebelum berlakunya dosa dorongan syahwat nafsu itu.

Orang berilmu juga ramai yang menyeleweng?
Tidak dinafikan, ramai juga yang sudah punyai ilmu tetapi masih ‘jatuh’ dan terlanjur melakukan maksiat sama ada secara serius atau tidak, besar atau kecil.

Tatkala itu, datanglah fungsi taubat yang disebut oleh Allah SWT di atas.

Berbekalkan kefahaman dan asas yang sudah ada, usaha mengukuh dan menyuburkan kembali keimanan lebih mudah daripada individu yang tiada asas dan pasak kukuh.

Kerana itu, binalah pasak dalam diri mengenai iman dan ilmu dengan segera terlebih dulu kerana tanpanya, perubahan kepada kebaikan akan terbantut di suku perjalanan.

Sebagai kesimpulan, sebagai tambahan kepada penjelasan di atas, ada perlu mengetahui perkara yang perlu serta tidak perlu dilakukan seperti:

# Fikirkan sasaran kehidupan dan berusaha melaksanakannya. Jauhkan pemikiran berkenaan seks dan penuhkan masa dengan berusaha mencapai sasaran itu.
# Wujudkan keyakinan bahawa Allah SWT melihat apa yang dilakukan di ketika ramai mahupun kala sendirian.
# Sedarkan diri bahawa malaikat turut sentiasa bersama kita mencatat apa yang dilakukan.
# Rapatkan hubungan dengan ahli keluarga yang baik dan soleh.
# Putuskan hubungan ‘songsang’ dan ‘gelap’ sama ada yang dibuat secara suka-suka atau serius, yang diperoleh melalui Internet atau fizikal, melalui laman sembang, e-mel, web dan sebagainya. Jika berseorangan di depan komputer boleh menyebabkan pemikiran syahwat naik, elak berseorangan di depan komputer.

Jika berbual mesra dan makan tengah hari bersama rakan sekerja lain jantina itu puncanya, elak melakukannya dan makan sendirian atau bersama jantina yang sama.

# Putuskan hubungan adik, kakak dan abang angkat berlainan jantina kerana ia tidak lain kecuali haram dan pendorong maksiat.
# Sertai kumpulan NGO atau kumpulan berasaskan dakwah dan keagamaan kerana dengannya, ia membuka ruang mendapat rakan yang baik, selain itu masa kosong dan pemikiran syahwat dapat dibendung.
# Ziarah kubur secara kerap supaya syahwat menjadi tawar akibat pemikiran kepada kematian.
# Kalau komputer dan Internet kerap menjadi punca peningkatan syahwat, banyakkan mendengar bacaan al-Quran di depan komputer. Insya-Allah, dengannya rasa malu akan timbul. Namun jika syahwat masih ‘menggila,’ segera berhenti dan lihatlah awan, langit, pokok dan laut dan ingatkan kebesaran Allah.
# Memastikan harta diperoleh daripada sumber halal kerana sumber haram menambah perisa syahwat kepada yang lebih kuat dan dahsyat. Ia ibarat mutasi virus yang lebih berbahaya kepada kesihatan.
# Amalkan puasa sunat, zikir secara berdisiplin setiap kali (baca zikir mathurat contohnya) selepas solat dan doa sebanyak mungkin ketika sujud di dalam solat supaya diberi kekuatan untuk mengawal nafsu syahwat.
# Segera beristighfar dan bertaubat walau belum jatuh dalam maksiat berat sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al-Imran, bahawasanya: “... dan bersegeralah kamu kepada keampunan daripada Tuhanmu dan syurga yang terbentang seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang bertakwa.”

Artikel dari : Hmetro.com.my

Sunday, October 31, 2010

Lima Tanda Hati Keras Membatu

Oleh : Uda Firdaus Abd Rahim

Hati adalah sumber ilham dan pertimbangan, tempat lahirnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan sikap degil, ketenangan dan kebimbangan. Hati juga sumber kebahagiaan jika kita mampu membersihkannya namun sebaliknya ia merupakan sumber bencana jika kita gemar menodainya. Aktiviti yang dilakukan sering berpunca daripada lurus atau bengkoknya hati. Abu Hurairah lah.a. berkata,

"Hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentera. Jika raja itu baik, maka akan baik pula lah tenteranya.. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tenteranya".

Hati yang keras mempunyai tanda-tanda yang boleh dikenali, di antara yang terpenting adalah seperti berikut:

1. Malas melakukan ketaatan dan amal kebajikan Terutama malas untuk melaksanakan ibadah, malah mungkin memandang ringan. Misalnya tidak serius dalam menunaikan solat, atau berasa berat dan enggan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah. Allah telah menyifatkan kaum munafikin dalam firman-Nya yang bermaksud,

"Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." (Surah At-Taubah, ayat 54)

2. Tidak berasa gerun dengan ayat al-Quran Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, hatinya tidak terpengaruh sama sekali, tidak mahu khusyuk atau tunduk, dan juga lalai daripada membaca al-Quran serta mendengarkannya. Bahkan enggan dan berpaling daripadanya. Sedangkan Allah S.W.T memberi ingatan yang ertinya,

"Maka beri peringatanlah dengan al-Quran orang yang takut dengan ancaman Ku." (Surah Al-Qaf, ayat 45)

3. Berlebihan mencintai dunia dan melupakan akhirat Himmah dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata-ma ta. Segala sesuatu ditimbang dari segi keperluan dunia. Cinta, benci dan hubungan sesama manusia hanya untuk urusan dunia sahaja. Penghujungnya jadilah dia seorang yang dengki, ego dan individulistik, bakhil serta tamak terhadap dunia.

4. Kurang mengagungkan Allah Sehingga hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman menjadi lemah, tidak marah ketika larangan Allah dilecehkan orang. Tidak mengamal yang makruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.

5. Tidak belajar dengan Ayat Kauniah Tidak terpengaruh dengan peristiwa-peristiwa yang dapat memberi pengajaran, seperti kematian, sakit, bencana dan seumpamanya. Dia memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai perkara biasa, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat.

"Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahawa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (Surah At-Taubah, ayat 126).

http://idhamlim.blogspot.com/2010/10/lima-tanda-hati-keras-membatu.html

11 Tips Menghindari Marah

Oleh : nina mazrina

“Saya seorang yang pemarah”… Bila saya terbaca artikal ini… saya rasa diri saya terlalu kerdil…saya sedar terlalu banyak kekurangan dalam diri saya… kadangkala terfikir juga… entah bagaimana rupa saya ketika marah…huhuhu…tentu hodoh kan!!!…

IMAM Syafie ada menegaskan: “Marah adalah satu di antara panah syaitan yang mengandungi racun. Oleh itu hindarilah ia agar kamu dapat menewaskan syaitan dan bala tenteranya.”.

Apabila marah dituruti, ia akan membakar kebaikan seperti api membakar kayu dan tiada yang tertinggal kecuali debu. Bagi menghilangkan perasaan marah ada beberapa panduan yang boleh diikuti, iaitu:

1. Perlu berasa malu dengan Allah atas segala tindakan kita. Allah memerhatikan segala tindakan dan sikap biadab kita.

2. Apabila datang perasaan hendak marah, ingatlah kita ini hanya manusia yang hina.

3. Banyakkan berdiam diri dan berdoa kepada Allah supaya Allah selamatkan kita daripada sifat marah.

4. Hendaklah ingat kesan daripada sifat marah. Ia mungkin membawa kepada permusuhan dan balas dendam daripada orang yang kita marahi.

5. Cuba bayangkan betapa buruknya rupa kita ketika marah. Ia lebih buruk daripada perlakuan seekor haiwan apabila kita dalam keadaan marah.

6. Apabila datang perasaan marah, banyakkan membaca istighfar kerana marah itu datang daripada syaitan.

7. Apabila marah sedang memuncak, ambillah wuduk kerana ia dapat menenangkan api kemarahan yang sedang membara.

8. Jika marah tidak dapat hilang dengan melakukan perkara seperti di atas, hendaklah tidur. Ini kerana ia dapat meredakan perasaan marah apabila bangkit dari tidur nanti.

9. Tauhid kita perlu tepat. Setiap sesuatu itu datang daripada Allah dan akan kembali kepada Allah. Kenapa kita perlu marah?

10. Apabila kita bersalah, kita tidak suka orang memarahi kita. Begitu juga dengan orang lain yang melakukan kesilapan, tidak suka dimarahi, sebalik ditegur secara baik.

11. Satu cara lagi, apabila marah datang, sedangkan kita berdiri, duduklah. Apabila duduk, bersandarlah. Insya-Allah marah akan mula reda.

http://idhamlim.blogspot.com/2010/10/11-tips-menghindari-marah.html

Jaamiah Al-Azhar As-Syarif


Copy this code to your website to display this banner!